MATEMATIKA
Add caption |
Add caption |
1. PENGERTIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar” (Depdikbud). Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti “ berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”(Depdikbud).
Menurut Gagne dan Briggs dalam (Aisyah) melukiskan pembelajaran sebagai “upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar” (Aisyah, dkk, 2007), secara lebih terinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai “ seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal (Gredler, 1991).
Suatu pengertian yang hamper sama dikemukakan oleh Corey bahwa pembelajaran adalah “Suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran merupakan sub-set khusus pendidikan. (Miarso dkk, 1977).
Dari keempat pengertian pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (sipelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.
Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah, pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas atau sekolah yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah. Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai obyek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya tujuan pengajaran, atau yang sudah umum dikenal dengan tujuan instruksional. Bahkan ada juga yang meyebutnya pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah tujuan dari suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang pesat baik meteri maupun kegunaannya. Mata pelajaran matematika verfungsi melambnagan kemampuan komunikasi dengan menggambarkan bilangan-bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat memberi kejelasan dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun tujuan dari pembelajaran matematika adalah:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola piker dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan
2. Mempersipakn siswa meggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari dan dalam mepelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Dari uraian di atas jelas bahwa kehidupan di dunia ini akan terus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi/ oleh karena itu siswa harus memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kratif dan kemamuan bekerja sama yang efektif. Dengan demikian, maka seorang guru harus terus mengikuti perkembangan matematika dan selalu berusaha ahar kreatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membawa siswa ke arah yang diinginkan.
Namun secara khusus tujuan kurikuler pemnelajaran matematika di sekolah yang desebutkan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
- Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menerik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksprimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan ekonsisten.
- Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, mebuat predeksi serta mencoba-coba.
- Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
- Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan ngrafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika sangatlah penting. Hal ini sejalan dnega pendapat Soedjadi bahwa “salah satu karakteristik matematika adalah berpola piker deduktif yang merupakan salah satu tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan kepada penataan nalar.” Meskipun pola pikir ini penting, namun dalam pembelajaran matematika terutama pada jenjang SD dan SLTP masih diperlukan pola pikir deduktif, sedangkan jenjang sekolah menengag penggunaan pola pikir induktif dalam penyajian suatu topic sudah semakn dikurangi. Di samping cara berpikir, dalam proses pembelajaran siswa juga dilatih untuk mengembagkan kreatifitasnya melalui imajinasi dan intuisi. Setiap siswa punya kemampuan yang berbeda-beda dalam memandang suatu permasalahn yang dikembangkan, inilah yang disebut dengan pemikiran divergen yang perlu terus dikembangkan.
Berdasrkan penjelasan tujuan pengajaran di atas dapat dimengerti bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini. Masalah itu baik mengenai matematika itu sendiri maupun masalah dalam lmu lain, serta dituntut suatu disiplin ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah memahami konsep matematika secara mendasar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Adapun tujuan pembelajaran khususnya pelajaran matematika adalah:
1. Melatih cara berpikir berpikir dan menalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, ekplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
2. Mengembang aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, garfik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru menyatakan: “bahwa ada tiga tahapan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran yaitu persiapan/perencanaan, pelaksanaan, dan tahap penilaian/evaluasi”.
1. Perencanaan Pembelajaran Menurut Kaufman mengungkapkan: “perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai”. Hal senada diungkapkan pula oleh Philip Commbs: “perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya. Dari kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan pengajaran adalah suatu persiapan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Perencanaan pengajaran dalam proses pembelajaran merupakan suatu hal yang dapat membantu para pengelola pendidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya. Maksudnya dapat menolong pencapaian suatu sasaran atau tujuan secara lebih mudah karena dapat dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu perencanaan merupakan tahapan pertama dalam proses pembelajaran pada umumnya yang menempati posisi yang amat penting dan sangat menentukan. Pada tahap pesiapan atau perencanaan ini seorang guru harus mempunyai persiapan sebelum proses pembelajaran berlangsung agar proses pembelajaran yang dilaksanakan tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien dan dapat diberikan sesuai dengan waktu yang tersedia. Menurut Sriyono, dkk., dalam bukunya. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, menyatakan: “Perencanaan proses belajar mengajar berwujud dalam bentuk satuan pelajaran yang berisi rumusan tujuan pengajaran (tujuan instruksional), bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode, dan alat bantu mengajar serta penilaian”.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan tahapan yang kedua dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam melaksanakan pengajaran hendaknya guru bepedoman pada persiapan yang dibuat dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik serta bahan pelajaran sebagai perantara. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran ini peranan guru merupakan pengendali. Pada prinsipnya pelaksanaan pengajaran berpegang pada yang tertuang dalam perencanaan, namun situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap situasi yang dihadapi. Di samping itu guru harus melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi edukatif adalah proses berlangsungnya situasi tertentu dan interaksi pendidik dengan peserta didik untuk saling berkomunikasi dengan disengaja dan dan direncanakan.
Dalam interaksi edukatif atau proses pembelajaran ada keterkaitan antara guru dengan siswa yang bertugas untuk belajar dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya seoptimal mungkin sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan apa yang dicita-citakan. Adapun fungsi dan peranan guru dalam proses pembelajaran ada tiga yaitu:
a. Berfungsi sebagai pengajar Sebagai pengajar seorang guru diharapkan menyediakan situasi dan kondisi belajar untuk siswa dalam interaksi belajar mengajar.
b. Berfungsi sebagai pemimpin Sebagai seorang pemimpin ia harus bersifat demokratis, ia harus mendengarkan pendapat orang lain, keluhan, pikiran, ide muridnya serta bersedia bekerjasama, saling mengerti dan toleransi.
c. Berfungsi sebagai pengganti orang tua Seorang guru di sekolah berfungsi sebgai wakil orang tuanya (siswa) maksudnya di dalam interaksi belajar mengajar, guru bersikap sebgai orang tua terhadap anaknya, sehingga interaksi akan berjalan dengan suasana yang menyenangkan. Suasana yang demikia sangat mendorong berhasilnya siswa waktu belajar.
Dari pendapat tersebut dapat dilihat besarnya peranan guru dalam membantu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga pemerintah memberikan suatu penghargaan kapada guru dengan mengadakan pemilihan guru teladan di tingkat daerah maupun nasional guna meningkatkan kualitas diri.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dalam setiap kegiatan tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan tersebut dalam mencapai tujuannya. Demikian halnya dengan pembelajaran matematika. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan memiliki keterkaitan. Menurut Sofyani, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu:
1. Faktor guru, meliputi latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar dan pemanfaatan waktu oleh guru.
2. Faktor siswa, meliputi minat dan perhatian, kebiasaan belajar siswa, pengetahuan tambahan dan latar belakang pendidikan siswa.
3. Faktor fasilitas pendidikan.
4. Faktor lingkungan.
Berikut akan dikemukakan satu persatu dari semua faktor di atas, yaitu:
1. Faktor guru
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, atau siapa saja yang memberikan pengaruh positif kepada anak didik sebagai akibat reaksi dan interaksi di antara kedua belah pihak. Ada beberapa faktor lain pula yang mempengaruhi kepada seorang guru tersebut, diantaranya:
a. Latar Belakang Pendidikan Guru
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh seorang guru terkadang tidak sama dengan guru lainnya dalam hal pengalaman pendidikan yang pernah ditempuhnya dalam jangka waktu tertentu. Perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh jenis dan perjenjangan dalam pendidikan. Seorang guru yang berlatarbelakang pendidikan sarjana pendidikan dan keguruan akan berbeda dengan guru yang bukan sarjana dan keguruan, apalagi bagi guru yang hanya tamatan sekolah menengah atas. Perbedaan tersebut akan terlihat jelas pada ilmu pengetahuan dan penguasaan cara-cara mengajar materi pelajaran dari mata pelajaran yang dipegangnya. Oleh karena itu keberhasilan proses pembelajaran dalam menempuh tujuannya sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan seorang guru yang harus sesuai dengan disiplin keilmuannya dalam menyampaikan materi pelajaran, agar segala hal yang tidak diinginkan dapat terhindari.
b. Pengalaman Mengajar
Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri, karena disadari atau tidak, orang yang berpengalaman banyak dalam bidang tertentu sangat jauh berbeda dengan orang yang sedikit pengalamannya. Apalagi dikaitkan dengan bidang mengajar. Hal ini akan terlihat dari guru yang bersangkutan saat mengelola kelasnya, interaksi dengan anak didiknya dan saat memanfaatkan waktu yang tersedia. Dengan adanya semua hal itu, seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan yang banyak dan luas dan banyak tentang hal yang berkaitan dengan pengajaran. Dan semua pengetahuan itu hanya diperoleh dari pengalaman yang telah dialami dan dijalaninya. Sehingga dengan pengetahuan tersebut akan membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. Pemanfaatan Waktu
Mengatur waktu atau jam pelajaran sangat diperlukan dalam pembelajaran. Seorang guru harus cermat dan cekatan dalam membagi waktu yang disediakan dalam memberikan materi pelajaran, bila tidak cernmat dan cekatan dalam membagi waktu tersebut, kemungkinan besar akan ketinggalan, sementara materi yang harus diberikan belum selesai disampaikan. Akibatnya akan berdampak pada semua orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Berkenaan dengan hal tersebut, Tabrani Rusyan menegaskan: ”Waktu yang tersedia dalam jadwal untuk setiap pelajaran, untuk setiap catur wulan, untuk setiap satu tahun ajaran, sangat terbatas. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan waktu yang tersedia, yang mana diharapkan siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pengajaran”.
Dalam mengatur waktu ini erat kaitannya dengan gaya mengajar seorang guru dalam kelas. Bila guru mampu mengisi waktu tersebut dengan hal-hal positif, kegiatan yang mengarahkan siswa untuk belajar, maka waktu yang terbatas akan terasa bermanfaat dan menyenangkan, begitu juga sebaliknya.
2. Faktor siswa
Siswa adalah objek dalam proses pembelajaran. Tanpa ada siswa, mustahil proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan. Komponen utama dalam proses pembelajaran ini menjadi faktor penentu terhadap keberhasilan pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam diri siswa itu sendiri, diantaranya:
a. Minat
Minat adalah rasa lebih suka dan keterikatan akan suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin luas dan dekat hubungan tersebut, semankin besar minat.
Minat besar pengaruhnya terhadap proses pembelajaran, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak diminati oleh siswa, mereka tidak akan belajar tekun dan sungguh-sungguh, karena tidak ada daya tarik. Adapun cara membangkitkan minat dalam proses pembelajaran adalah:
Ø Dengan menggembirakan dan hubungan baik dengan guru.
Ø Guru sendiri harus menaruh minat terhadap pelajaran tersebut.
Ø Dengan memakai alat peraga dan usaha sendiri.
Ø Sesuaikanlah dengan perkembangan jiwa anak.
b. Perhatian
Seorang guru dituntut semaksimal mungkin agar mampu menyajikan pelajaran sedemikian rupa, supaya selalu menarik perhatian siswa. Adapun cara untuk menark perhatian siswa adalah:
Ø pelajaran diupayakan untuk merangsang minat besar anak didik untuk mengetahui hakikat pengajaran.
Ø Hubungkanlah pelajaran itu dengan kejadian-kejadian dan peristiwa anak didik disekitarnya.
Ø Alat peraga atau media pengajaran dapat menarik perhatian anak didik karena media pengajaran dapat memperjelas pengertian dan menenangkan anak didik.
Ø Pelajaran selalu disesuaikan dengan taraf kamampuan dan perkembangsn anak didik
Ø Guru hendaknya mempersiapkan bahan pelajaran secara baik dengan mempergunakan berbagai macam metode yang bervariasi dan yang cocok.
Ø Setiap pelajaran guru dapat memberikan ikhtisar dari setiap pelajaran yang diberikan tersebut.
c. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar siswa merupakan kegiatan mengulangi pelajarannya kembali dirumah atau diasrama, memperhatikan dan mendengarkan setiap pelajaran guru saat mengajar di kelas, serta selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal tersebut memungkinkan tingginya prestasinya belajar siswa.
d. Pengetahuan Tambahan
Siswa yang menghendaki agar kemampuannya serta prestasi dalam proses pembelajaran meningkat lebih baik, maka harus meningkatkan pula aktifitasnya dengan cara belajar sendiri melalui media-media komunikasi yang canggih saat ini.
e. Latar belakang pendidikan
Perbedaan latar belakang pendidikan siswa memberi pengaruh yang cukup kuat terhadap proses pembelajaran di kelas.
3. Faktor Fasilitas
Pendidikan Fasilitas yang memadai pada sebuah lembaga pendidikan akan memberikan pengaruh positif bagi aktifitas belajar. Adapun fasilitas pendidikan yang harus disediakan oleh pihak sekolah adalah:
a. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan merupakan alat perlengkapan langsung yang berhubungan dengan mutu pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan karena mempengaruhi efisien proses belajar mengajar. Jadi dengan adanya perpustakaan di sekolah dapat menunjang keberhasilan siwa dalam mempelajari mata pelajaran yang diinginkannya.
b. Buku-buku Pelajaran
Faktor fasilitas ini adalah buku-buku pelajaran yang memuat tentang ilmu matematika yang telah diprogramkan oleh pemerintah. 4.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Lingkungan adalah suatu yang berada di luar dari anak dan mempengaruhi terhadap perkembangannya. Dalam hal ini para ahli pendidikan membagi lingkungan kepada tiga bagian, yaitu:
a. Lingkungan keluarga
Dalam lingkungan keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atu kurang perhatian dan bimbingan orang tua, tenang tidaknya situasi dalam rumah, semua itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Jadi lingkungan keluarga yang harmonis akan mampu membangkitkan semangat belajar anak, dan membantu terhadap keberhasilan belajar anak tersebut.
b. Lingkungan sekolah/pesantren
Dalam lingkungan sekolah atau pesantren bila semua pihak yang terkait di dalamnya saling memahami dan mengerti terhadap hak dan kewajiban masing-masing. Seperti kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemammpuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya.
c. Lingkungan masyarakat.
Dalam lingkungan masyarakat, masyarakat tersebut hanya menjadi pengawas terhadap yang dilakukan oleh setiap subjek pendidikan dalam arti menilai, mendukung dan ikut mengantisipasi terhadap segala hal yang tidak diinginkan. Dengan kata lain bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya tergolong orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akn mendorong anak lebih giat belajar.
5. MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DISKALKULIA
Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.
Ø CIRI-CIRI
Inilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan:
Inilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan:
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.
Ø FAKTOR PENYEBAB
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:
1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3. Pobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
6. TRIK-TRIK DAN CARA PENANGGULANGAN KESULITAN DALAM BELAJAR MATEMATIKA
1. Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh. Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:
a. Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah
Atau urutan dari proses keseluruhannya.
Atau urutan dari proses keseluruhannya.
b. Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
c. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
d. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
e. Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
f. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
g. Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
h. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
2. Tips untuk memaksimalkan kemampuan matematika bagi buah hati.
a. Pastikan mereka mengetahui konsep matematika yang ia pelajari.
Jika anak Anda tidak mengetahui dasar dari matematika, maka anak Anda hanya akan mempelajari matematika dengan hafalan. Padahal, matematika yang dihafal itu tidaklah ada artinya. Anda dapat memberitahukan dasar-dasar matematika pada mereka, sehingga mereka akan mudah memahami soal-soal yang sulit apabila mereka mengetahui dasarnya.
b. Bantulah mereka dengan menyertakan fakta-fakta.
Penguasaan fakta dasar berarti bahwa anak dapat menjawab pertanyaan kurang dari tiga detik. Rumus praktis dapat Anda anjurkan pada anak Anda agar memperoleh respon yang cepat. Apabila anak Anda belum juga bisa memahami berilah contoh yang nyata. Misalnya, menghitung perkalian dengan memisalkan keramik yang ada pada lantai Anda.
c. Ajarkan pada anak didik Anda menulis angka-angka dengan teliti.
Dua puluh lima persen kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika ditemukan oleh pengajar adalah kesalahan yang dikarenakan ketidaktelitian sang anak dalam menulis angka-angka. Perbaiki ketelitian anak didik Anda dalam menulis dan mengolah angka-angka dengan cara meneliti ulang apa latihan yang dia kerjakan.
d. Sediakan kebutuhan, yang Anda digunakan untuk mengajar matematika, dengan cepat.
Matematika adalah sebuah subjek yang semuanya dibangun dari apa yang sebelumnya telah dipelajari. Seabagai contoh, kegagalan dalam mengetahui dasar masalah perhitungan persen biasanya disebabkan oleh sang anak tidak menguasai masalah desimal.
e. Tunjukkan bagaimana cara menyelesaikan masalah pekerjaan rumahnya
Mengerjakan tugas matematika mempertajam ilmu yang didapat dari sekolah untuk dipelajari di rumah. Ajarkan pada mereka untuk memulai mengerjakan tugas tersebut, dengan membuka buku atau mengulang pelajaran dan contoh-contoh yang telah diberikan oleh guru mereka lewat pelajaran sebelumnya disekolah. Jika kurang jelas, jelaskan padanya sampai ia bisa mengerti.
f. Dorong mereka untuk mengerjakan soal lain.
Sebagai orang tua, berilah pada anak Anda contoh soal yang lain. Ingat, semakin anak Anda banyak berlatih makin semakin cepat mereka membentuk kemampuan dan kepercayaan diri mereka.
g. Jelaskan bagaimana cara menyelesaikan masalah soal cerita.
Matematika mempunyai ekspresi, untuk belajar memecahkan masalah, Anda harus memecahkan masalah. Ajarkan pada anak Anda membaca soal cerita berkali-kali. Juga, suruhlah dia untuk menggambarkannya dalam bentuk soal matematika atau diagram.
h. Bantulah anak Anda mempelajari tata bahasa matematika.
Mereka tidak akan dapat matematika secara nyata, tidak pula mempelajari konsep yang lebih menantang tanpa mengetahui tata bahasanya. Periksalah bahwa anak Anda dapat menemukan dan mengikuti masalah yang baru atau bab baru. Jika tidak, ajarkan padanya untuk menggunakan model atau contoh dan masalah yang sederhana terlebih dahulu.
i. Ajarkan pada mereka untuk mengerjakan metematika ?di luar kepala”
Anak-anak kecil harus banyak menyelesaikan masalah perhitungan dengan menggunakan pensil dan kertas. Ketika membantu anak Anda menyelesaikan sebuah soal, bantulah mereka dengan mendiktekannya tanpa harus menuliskannya, sehingga anak akan berlatih menulis matematika sesuai apa yang dibayangkan.
j. Jadikanlah matematika bagian dalam hidup anak Anda.
Matematika akan lebih berarti ketika anak Anda melihat bagaimana pentingnya matematika dalam kehidupan ini, dan dapat dilihat dimana-mana. Dorong mereka menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, tanyakan pada mereka jarak suatu tumbuhan baru ke suatu titik tertentu.
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar